Abu Nayla untuk Al-Mustaqbal Channel
Apa jadinya jika John Cantlie, tawanan
Daulah Khilafah asal Inggris, menjadi Presiden AS saat ini? Demikian
salah satu artikel menarik yang terdapat di Majalah DABIQ Edisi 5.
Berikut lengkapnya sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Usdulwagho,
semoga bermanfaat!
…Andai aku presiden AS hari ini, aku
mungkin akan mematikan ponselku, mengunci pintu kantor oval, dan pergi
bermain golf sebagai gantinya. Perang terhadap Daulah Islam tidak akan
aku rencanakan sama sekali.
Jika ada yang bersinar, misalnya emas
24-karat, tentu tidak jadi alasan bagus untuk mengingkari janjimu
sendiri dan menyatakan perang lain di Timur Tengah, hingga kita
menyaksikan hal itu sekarang. $ 424.000.000 dolar adalah harga dari
serangan udara atas Irak dan Suriah yang telah di-lakukan yang hasilnya
tidak lebih dari ekspansi yang semakin meluas dan bersatunya Daulah
Islam di kedua negara, sedangkan bendera hitam tauhid sekarang berkibar
di ufuk dari Libya, Yaman, Sinai, dan di tempat lainnya, sebuah
pertumbuhan yang sangat cepat Daulah Islam di luar negeri.
Ini benar-benar hal terakhir yang Tim
Obama dan sekutunya telah diperingatkan, setelah menabuh genderang
perang koalisinya dan berangkat ke medan perang untuk membuat negara
mereka menjadi lebih aman, atau, binasa ketika mereka berada di
kesombongan mereka sendiri dan keti-dakmampuan untuk mempelajari
pelajaran masa lalu, bahkan itu yang diharapkan.
Banyak ketakutan para pemimpin politik
Barat, Daulah Islam kini benar-benar bergerak dengan momentum besar.
Sebagai kelompok yang menik-mati kesuksesan, ia menarik lebih banyak
lagi ke barisannya, sehingga menyebabkan ekspansi dan berkembang biak
lebih banyak hingga mencapai semacam kritis massa, titik di mana ia
menjadi mengekalkan diri, mandiri. Dan untuk saat ini, pembicaraan
tentang Daulah Islam tidak hanya tentang ekspansinya ke negara-negara
Arab dari Timur Tengah, namun jangkauannya hingga ke tanah air dan ruang
keluarga dari orang-orang biasa yang hidup ribuan mil jauhnya di
kota-kota barat dan pinggiran kota. Daulah Islam kini telah menjadi
pemain global.
Demikianlah Syaikh Abu Muhammad
al-‘Adnānī menyeru umat Islam untuk bertindak di mana pun mereka berada,
untuk bangkit dan melawan musuh-musuh Daulah Islam, yang seruan ini
mem-bawa reaksi hampir instan dari seluruh dunia.
“Jangan biarkan pertempuran ini berlalu begitu saja di mana pun kalian bisa” perintah Syekh.
“Kalian harus menyerang tentara,
pendukungnya, dan pasukan taghut tersebut. Men-yerang polisi mereka,
keamanan, dan anggota intelijen. Jika Anda dapat membunuh kafir Amerika
atau Eropa – terutama si dengki dan kotor Perancis – atau Australia,
atau Kanada, atau setiap kafir lainnya dari orang-orang kafir yang
melancarkan perang melawan Daulah Islam, maka bertawakkallah kepada
Allah, lalu bunuhlah dengan cara apapun yang bisa dilakukan.”
Dan tidak lama, hanya beberapa hari ke-mudian, kekacauan meletus di seluruh dunia.
Di Australia, Numan Haider menikam dua
polisi antiteror. Di Kanada, seorang tentara ditembak dan dibunuh di
depan memorial perang di Ottawa oleh Michael Zehaf Bibeau – 32 tahun
pada tanggal 22 Oktober, yang kemudian masuk ke gedung parlemen Kanada
mencari target lain sebelum dirinya ditembak dan dibunuh oleh polisi.
Pada minggu yang sama dua tentara
di-tabrak lari di Quebec oleh Martin Couture- Rouleau dan New York, Zale
Thompson menyerang empat polisi di Queens dengan kapak, saat serangan
biadab nya tertangkap CCTV kamera dan tersebar ke semua rumah-rumah
penduduk di seluruh Amerika.
Semua serangan ini adalah efek langsung
dari seruan Syaikh untuk beraksi, mereka telah meneliti apa saja yang
mudah terbakar dan mematikan yang mendesis tepat di bawah permukaan
setiap negara barat, menunggu meledak ke dalam tindakan kekerasan setiap
saat pada kondisi yang tepat. Tiba-tiba para mujahidin Daulah Islam itu
tidak seberapa esoteris dengan konsep pertempuran di negara yang tidak
dikenal atau tidak dipedulikan, kini mereka berada di ambang pintu
jutaan orang yang tinggal di beberapa kota terbesar, kota-kota modern di
dunia barat. Serangan ini sebagai dakwaan memberatkan atas kebijakan
lanjutan Amerika karena ikut campur negara lain.
Semuanya, Amerika Serikat dan sekutu
yang telah berjuang dalam “perang melawan teror,” dulu mengata-kan “jika
kita tidak melawan mereka di sana kita harus melawan mereka di sini”
masuk akal, hanya dalam satu minggu terbukti telah benar-benar gagal.
“Terlatih dan diasah dalam pertempuran,
pejuang ini bisa mencoba untuk kembali ke negara asal mereka dan
melakukan serangan mematikan”, Obama memperingatkan kepada bangsanya
dalam pidato tanggal 10 September. Tapi apa yang tidak ia perkirakan
adalah ternyata warganya sendiri mengambil senjata dan menyerang
polisinya tanpa pelatihan atau pengalaman tempur apapun.
Bagian media dengan cepat akan menyebut
para penyerang tunggal ini sebagai “penyendiri yang terganggu,”
seseorang yang hanya mencari alasan untuk melakukan kekerasan kriminal
di kampung halaman mereka.
Tapi kenyataan yang terjadi sebenarnya
jauh lebih dalam daripada ini. Ini adalah salah satu hal yang bagi
seorang individu akan berpikir ulang bagaimana menyerang atau membunuh
pria lain. Hal ini terjadi setiap hari dan pikiran tersebut tidak
sedikit atau bahkan mengkhawatirkan. Tapi untuk benar-benar melangkahkan
kaki dan melakukannya atas perintah orang yang mereka tidak pernah
bertemu, tidak pernah melihat, berjuang di negara beberapa ribu mil
jauhnya yang bahkan tidak berbicara bahasa mereka, menunjukkan kekuatan
yang tak terbantahkan akan kekuatan jihad. Terlepas dari status sosial
mereka, terlepas dari siapa orang-orang ini yang telah melakukan
tindakan ini atau berapa lama mereka telah menjadi Muslim, hal ini
menunjukkan besarnya kekuatan ayunan jihad atas mereka yang memilih
untuk mulai menapakinya.
Arti penting dari serangan ini dan
lainnya adalah besar dan tidak bisa dianggap remeh. Hanya dengan
menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk bangkit mengangkat senjata,
Syaikh telah melancarkan serangan di Kanada, Amerika, dan Australia
(tiga negara ini disebutkan dalam pidatonya) dengan tidak lebih daripada
kata-kata dan keyakinan bersama dalam ibadah jihad.
Seorang jenderal pada tentara
konvensional tidak mungkin berharap untuk memiliki kekuatan atas
laki-laki yang belum pernah bertemu di sisi lain dari dunia,
me-merintahkan mereka untuk menyerang dan yang mungkin saja dapat
terbunuh, bahkan jika ia menawarkan uang kepada mereka! Petugas NYPD di
New York beruntung mereka diserang dengan kapak dan tidak dengan pistol,
jika tidak hasilnya bisa saja lebih serius.
Dan jumlah Muslim yang mengangkat
senjata atas nama jihad di bawah panji-panji Daulah Islam semakin
bertambah, dan mereka tumbuh dengan cepat. Menurut media Barat, Daulah
Islam sekarang memiliki lebih dari 35.000 pejuang. Cengkeramannya kini
telah menyebar di seluruh Afrika Utara ke Libya dan Aljazair, di Yaman
dan hingga Semenanjung Arab di mana kaum Syiah dan rezim sekarang sedang
diserang oleh mujahidin yang setia kepada Daulah Islam.
Jika jumlahnya hanya terbatas seperti
itu, mengapa Jordan gemetar di sepatunya dan mengapa Turki menggigil
setelah mendengar nama Daulah Islam? Dan jika jumlah tersebut sangat
tidak signifikan, mengapa sekarang terjadi serangan di daratan benua
Amerika Utara oleh pejuang Jihad yang tidak pernah meninggalkan negara
asal mereka, bahkan tidak berbicara bahasa Arab?
Aku sudah mengutip terlalu sering di
masa lalu tapi aku berharap dia akan memaafkan aku jika aku meraih kotak
Michael Scheuer untuk mengutip sekali lagi. Dalam teks yang diterbitkan
pada tanggal 2 September ia berkomentar, “Kita terlalu jauh melewati
dalam menghadapi teroris. Sebalik-nya, kita berada di tengah-tengah
pertempuran pemberontakan internasional, dan kita berada di jalan menuju
perang dunia di mana Amerika Serikat harus berjuang di rumah dan di
luar negeri jika status quo kebijakan luar negeri ini tetap
dipertahankan.”
Boom! Dan terjadilah, seperti yang
diprediksi Michael. Didorong oleh intervensi Amerika yang terus-menerus,
lingkup pengaruh Daulah Islam telah meluas hingga pada tingkat mereka
sekarang dapat memberi perintah penyerangan di tanah AS oleh orang asing
melalui kata saja. Sebuah pemberontakan internasional. Ini adalah
skenario mimpi buruk bagi pemerintah, satu triliun telah mereka habiskan
untuk mencoba menghindarinya, tetapi, ironisnya, ini dipicu oleh campur
tangan mereka terus menerus dalam urusan dunia Muslim.
Dari pengalamanku sendiri di sini,
pemerintah kita terlalu menyendiri, sombong, dan konvensional dalam cara
mereka berpikir untuk mendapat ide bagaimana cara menghadapi suatu
ancaman global. Mereka hanya terus melakukan apa yang mereka sudah
lakukan selama dua dekade terakhir, padahal secara bertahap telah
membuat situasi lebih buruk dan buruk. Intervensi di Irak hari ini
(seperti yang sekarang) sedikit berbeda dengan yang sebelumnya kecuali
dalam hal kedok, dan beberapa point di masa depan, perwakilan pasukan
darat bukan orang-orang Amerika, karena bagi orang-orang di Amerika
Serikat, mereka tidak peduli berapa banyak sekutu mereka mati. Dan
hingga mereka bisa bertindak bersama-sama, Peshmerga akan menanggung
beban sekarat dan mereka hanya memasok dari udara dan beberapa Pasukan
khusus membantu di darat.
Pemerintah seperti robot yang terjebak
pada lingkaran, terus melakukan urutan yang salah meskipun instruksi
diulang oleh tuannya secara terbalik.
Master kepada robot: “Kau harus
menemukan cara yang berbeda untuk mengatasi ba-haya, mujahidin terlihat
di sebelah barat.” Robot; “Tidak bisa … menghitung …”. Master; “Aksi
mili-ter tidak berhasil, bagaimana dengan negosiasi?” robot; “Harus …
mematuhi … pemrograman …”. master; “Semua yang kau lakukan sejak 9/11
hanya membuat keadaan kita lebih bahaya, tidak lebih”. Robot; “Zzzzz …
sintaks … error …”
Tentu saja, Robo-Obama tidak
mendengarkan suara alasan dan dengan demikian ia memprogram dirinya
sendiri dengan data lama yang sama-sama rusak, sehingga membuat
kesalahan yang sama berulang-ulang. James Comey pada bulan September
menggambarkan mujahidin Daulah Islam sebagai “biadab” (contoh klasik
dari kesom-bongan dan cara berpikir konvensionalis yang tidak akan
menghasilkan kemajuan apa-apa), sementara Nick Paton-Walsh menggambarkan
di CNN tentang taktik Daulah Islam sebagai “canggih menakutkan,” yang
merupakan komentar yang jauh lebih berpendidikan dan mendekati
kebenaran, hanya Nick cuma seorang wartawan semen-tara James Comey
adalah direktur FBI.
Jika aku presiden AS saat ini – dan
kalau boleh ku-katakan, aku sangat senang ternyata aku bukan – aku akan
terkejut pada kekacauan yang bertiup di wajahku. Menghirup dalam perang
yang aku klaim sudah berakhir, membuat sekutu dengan tiran paling keji
di Timur Tengah, membuat Negara ku dan kepresidenan ke kancah konflik
sementara wargaku sendiri bangkit melawan ku dalam menanggapi seruan
Daulah Islam, sudah setengah jalan yang secara ajaib satu miliar dolar
telah dihabiskan dan musuh tampaknya justru melompat dari kuat menjadi
lebih kuat. Dan bukan hanya itu, mereka benar-benar memperluas pengaruh
dan wilayah mereka ke negara-negara lain yang sudah kubangun basis
militer dan berkomitmen untuk memberi miliaran dolar demi menghentikan
mereka melakukan hal itu.
Dalam menghadapi seperti kecelakaan
kereta api, aku harus mengatakan bahwa 18 lubang di sekitar Martha’s
Vineyard adalah alternatif yang jauh lebih masuk akal. Dan begitu
jelasnya peristiwa sekarang ini, mungkin lebih konstruktif juga.
No comments:
Post a Comment