AS sebagai negara yang paling mengancam perdamaian dunia “Amerika Serikat adalah bahaya bagi dunia,” begitu ungkapan Profesor Niall Ferguson. Mereka berbahaya karena menyangkal bahwa mereka adalah sebuah imperium militer dan ekonomi. Ferguson menambahkan bahwa penolakan Amerika untuk mengakui “siapa mereka” berarti mempertaruhkan risiko untuk tidak pernah mengambil pelajaran dari ekspansionisme Inggris.[1]
“Amerika Serikat adalah imperium yang tidak berani mengungkapkan namanya. Mereka adalah sebuah imperium dalam penyangkalan. Dan penyangkalan AS akan status tersebut akan menimbulkan bahaya nyata bagi dunia. Sebuah imperium yang tidak mengakui kekuasaannya sendiri adalah hal yang berbahaya.”
Dia mengatakan bahwa dengan pangkalan militer di tiga perempat dari negara-negara di dunia, dan penguasaan 31% dari seluruh kekayaan dunia, Amerika membuat imperium Inggris pada masa puncaknya pada tahun 1920 sekalipun, terlihat “seperti setengah matang”.
Namun dia juga memperingatkan bahwa Amerika terlalu banyak mendirikan imperium militer, terlalu suka melakukan intervensi jangka pendek, sebagaimana di Haiti, Lebanon, Irak, tanpa memiliki “komitmen berkelanjutan untuk melakukan pembangunan kembali”.
Kelemahan kritis Amerika, bagaimanapun, adalah kurangnya pengetahuan tentang diri. “Ketika Anda berbicara dengan orang Amerika tentang imperium, mereka akan mengatakan, ‘kami muncul untuk melawan imperialisme.” Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld mengatakan kepada al-Jazeera bahwa “kami tidak imperialistik.” Tapi bagaimana mungkin Anda tidak menjadi imperium jika anda memiliki 750 pangkalan militer di tiga perempat dari negara-negara di bumi?” Amerika tidak percaya bahwa mereka adalah imperium. Tapi sejak mereka mencaplok Filipina pada tahun 1898, mereka telah bertindak sebagai sebuah kekuatan imperium.”
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Johan Galtung yang menyatakan, “Bahwa sepanjang masih ada imperium militeristik Amerika Serikat, maka perdamaian dunia tidak akan ada di muka bumi. Ini adalah ganjalan utama bagi perdamaian dunia hari ini.”[2]
Teori yang diungkapkan Galtung membuktikan bahwa imperium Amerika Serikat tidak membutuhkan perdamaian, mereka hanya butuh perang. Galtung tidak menemukan dalam sejarah.
Amerika Serikat satu contoh pun perdamaian atau inisiatif perdamaian yang diniatkan dengan baik.
Imperium Amerika Serikat adalah kebebasan tak terbatas akan kekerasan dan perang, namun mereka melakukan penindasan terhadap kebebasan perdamaian dan hak asasi perdamaian secara konstan. Galtung yakin, hanya dengan jatuhnya imperium Amerika Serikat yang akan membuka perdamaian dunia.[3]
Kesimpulan tersebut senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh Win/Gallup International yang dirilis akhir tahun 2013 silam. Polling tersebut dilakukan sejak tahun1977 dengan memberikan pertanyaan kepada lebih dari 66.000 orang di 65 negara tentang dunia. Hasilnya, AS dianggap sebagai ancaman paling berbahaya (24%) bagi perdamaian dunia dengan margin yang cukup besar dibanding negara lainnya, dengan Pakistan menduduki posisi kedua (8%).[4]
Sumber: Lapsus Syamina XVI “Pudarnya Hegemoni Imperium Amerika Serikat”
No comments:
Post a Comment