Abu Nayla untuk Al-Mustaqbal Channel
LONDON, UK
(Al-Mustaqbal Channel) – Abu Rumaysah alias Siddharta Dhar (namanya
sebelum masuk Islam) kembali menjadi pemberitaan di media-media Inggris.
Karla Adam, seorang jurnalis asal London yang bekerja untuk Washington
Post menulis sebuah artikel yang mengangkat perjalanan Abu Rumaysah ke
Daulah Khilafah sebagai sebuah proyek besar Daulah Khilafah membangun
Masyarakat Baru. Allahu Akbar!
Foto Abu Rumaysah berdiri di depan
sebuah pick up kuning memegang AK 47 sementara tangan satunya memegang
bayi-nya yang baru lahir sempat menjadi “trend” di media-media Inggris
dan dunia. Kini, kepergiannya ke Daulah Khilafah kembali menjadi
pemberitaan.
Menurut Karla Adam, jurnalis Washington
Post, kedatangan Abu Rumaysah sekeluarga merupakan proyek besar Daulah
Khilafah untuk tidak hanya membangun pasukan, namun masyarakat. Daulah
Khilafah telah berjanji untuk membentuk sebuah masyarakat yang baru,
yang diperintah oleh hukum syari’at, dimana warganya dari segala penjuru
dunia dengan berbagai profesi seperti dokter, perawat, pengacara,
insinyur, akuntan bergabung bersama membangun semuanya itu di bumi yang
dijanjikan.
Keluarga-keluarga Muslim ini percaya
bahwa mereka melakukan hal yang benar untuk anak-anak mereka,” kata
Melanie Smith, rekan Karla dari asosiasi riset di King’s College
International For The Study of Radicalization di London. “Mereka pikir
mereka membawa mereka ke semacam utopia.”
Konika Dhar, adik Abu Rumaysah
berkomentar tentang kakaknya : “Saya pikir dia benar-benar telah
melupakan Siddhartha Dhar, dan ia telah menjadi orang lain,” katanya.
“Aku hanya ingin kakak saya tahu itu tidak harus dengan cara ini. Dia
benar-benar tidak harus meninggalkan hidupnya. Aku benar-benar rindu
anak-anak ; Aku tidak bisa membayangkan tidak melihat mereka lagi. “
Daulah Khilafah telah menguasai wilayah
antara Irak dan Suriah, menciptakan masyarakat Islam, menjalankan
sekolah, rumah sakit, tempat bermain, semua lembaga untuk kehidupan
keluarga sehari-hari.
“Semakin mereka berhasil menciptakan
masyarakat baru, semakin mereka dapat menarik seluruh keluarga,” kata
Mia Bloom, seorang profesor studi keamanan di University of
Massachusetts di Lowell yang telah banyak menulis tentang perempuan dan
terorisme. “Ini hampir seperti mimpi Amerika, namun versi Negara Islam
itu.”
Di kota Raqqah (ibu kota Negara) Daulah
Khilafah membentuk sebuah klinik untuk ibu hamil dijalankan oleh
ginekolog perempuan yang terlatih di Inggris. Anak laki-laki bersekolah,
belajar secara eksklusif tentang agama, sampai mereka berusia 14 tahun,
dimana mereka juga akan diajarkan masalah pertempuran (jihad) kata
Smith. Sementara itu, para gadis tinggal di sekolah sampai mereka
berusia 18 tahun, belajar tentang dan menghafal Al-Quran dan hukum
syariah, serta belajar cara berpakaian, menjaga rumah, memasak,
bersih-bersih dan peduli untuk pria, semua sesuai dengan aturan syariat
Islam.
Bloom mengatakan Negara Islam juga
menarik bagi perempuan dengan menyediakan listrik, makanan dan gaji
sampai $ 1.100 per bulan – jumlah yang besar di Suriah – untuk keluarga
masing-masing Mujahidin. Sumbangan ini didanai dengan uang yang didapat
hasil pampas an perang (ghonimah) dari bank, penjualan minyak, uang
tebusan, dan lain-lain.
Analis memperkirakan bahwa setidaknya
15.000 orang telah pindah ke Daulah Khilafah. Termasuk beberapa ribu,
seperti Dhar alaias Abu Rumaysah, dari negara-negara Barat. Meskipun
tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak keluarga yang telah
bergabung, Bloom mengatakan mayoritas mungkin dari Tunisia, Arab Saudi,
Yordania dan negara-negara Arab lainnya yang telah mengirim paling
banyak pejuangnya ke Suriah.
Sumber : Diolah dari Washington Post
No comments:
Post a Comment