Oxford Journal of Islamic Studies merilis laporan pada tanggal 3 September 2010 tentang 4GW dan As-Suri. Laporan tersebut mengungkapkan, “Saat pasukan koalisi di Irak dan Afghanistan sebagian besar terjebak dengan taktik perang generasi ketiga, lawan mereka telah bergerak ke arah model 4GW. Pada awal Januari 2005, Abu Mus’ab As-Suri, ideolog global Salafi Jihadi, merilis doktrin yang disebut ‘Seruan Perlawanan Islam Global’.
Pembicaraan mengenai perang generasi keempat di kalangan kelompok jihad sendiri secara publik mulai muncul pada bulan Januari 2002. Saat itu, Abu Ubaid Al-Quraisy, seperti disebutkan di awal, menulis sebuah artikel yang berjudul “Perang Generasi Keempat”[1]
Dalam tulisannya, Abu Ubaidah menjelaskan tentang fenomena kemerosotan moral yang telah merasuk ke dalam inti negara Islam. Anehnya, salah satu pihak yang paling terpengaruh oleh fenomena ini justru adalah para ulama. Mereka mengklaim tentang menyusutnya dukungan umat Islam terhadap mujahidin dengan pertimbangan bahwa tidak ada keseimbangan antara kekuatan mujahidin dengan kekuatan Amerika dan sekutunya, dan karena tiadanya keseimbangan inilah, mereka berpendapat bahwa di titik ini, tidak ada jihad, dan tidak perlu mendukung gerakan jihad karena berdalih bahwa perang ini lebih berpeluang dimenangkan Amerika. Pandangan tersebut, menurut Abu Ubaid, memperlihatkan keacuhan terhadap syariat Islam, fakta sejarah, dan analisis militer barat kontemporer.
Aspek Senjata:
Barat memiliki nuklir dan teknologi canggih yang bisa menghancurkan ratusan planet sekaligus. Senjata kimia dan biologi. Namun demikian mujahidin unggul dalam perang generasi keempat, hanya memakai senjata ringan saja. Mereka adalah bagian dari masyarakat dan bisa menghilang di dalam massa. Ini adalah strategi untuk menungguli senjata canggih yang dibuat untuk ruang terbuka dan jelas. Dalam arah ini, Michael Pickers, “Banyak kemampuan kita yang tidak cocok untuk perang jenis ini.”[2]
Aspek Kuantitas:
Pada akhir 1979, lebih dari 100 ribu Tentara Merah menginvasi Afghanistan. Namun tidak ada perlawanan berarti bagi mujahidin sampai puncak kedatangan mereka pada 1985. Perbandingan pasukan Soviet dan antek-anteknya adalah 5:2.
Di Somalia tugas mujahidin lebih mudah. Amerika menginvasi wilayah tersebut dengan 40 ribu tentara. Mereka keluar dari wilayah tersebut setelah mendapatkan perlawanan ringan dari mujahidin yang tidak lebih dari 2000 orang pada kondisi terbaik. Perbandingannya adalah 20:1.
Pada perang Chechnya pertama (1994-1996), kemenangan mujahidin datang setelah Rusia menginvasi tanah Chechnya dengan 100.000 tentara. Mujahidin Chechnya tidak melebihi 13.000 orang pada kondisi terbaik.
Hal yang sama juga terjadi pada waktu Rusia melakukan pengepungan yang mengerikan terhadap Grozny dengan 50.000 tentara. Mujahidin Chechnya dan formasi tempur mereka tidak melebihi 3000 mujahid. Mereka meraih kemenangan pada tahun 1995, bukan saja lepas dari pengepungan, melainkan juga melakukan serangan balik terhadap bagian belakang tentara yang mengepung mereka. Rusia dipaksa mundur di bawah kerugian besar.[3]
Perang Chechnya pertama jelas menunjukkan bahwa kinerja para prajurit dan keberanian mereka di lapangan, kegigihan untuk menghadapi apa pun kesulitan adalah faktor penting yang menentukan hasil pertempuran.[4] Kecerdasan militer dan media[5] serta pengetahuan luas tentang tentara Rusia juga menjadi faktor yang membuat mujahidin Chechnya mengetahui banyak rahasia.[6]
Dengan demikian jelaslah bahwa ada preseden untuk negara adidaya dan negara-negara besar mencicipi kekalahan di tangan formasi mujahidin dalam dua dekade terakhir, padahal kekuatan senjata dan personel jauh berbeda. Dengan demikian, syubhat kaum muslimin pasti kalah area jumlah adalah tidak benar.
Sejarah masa lalu membuktikan hal tersebut. Perang Mu’tah dimenangkan oleh kaum muslimin dengan kekuatan 3000 mujahid, sedangkan kekuatan musuh adalah 200.000 personel atau 1: 66,6. Dalam penaklukan Andalusia, Thariq bin Ziyad memimin 1700 mujahid untuk menggempur 70.000 pasukan musuh atau 1:41. Thariq dan pasukannya bersabar menghadapi perang dan mampu meruntuhkan kekuatan Roderick.
Dalam surat Umar kepada pasukannya, Umar berkata, “Allah SWT memenangkan pasukan Islam disebabkan kemaksiatan yang dilakukan musuh-musuhnya. Tanpa hal itu, niscaya pasukan Islam tidak berdaya menghadapi pasukan musuh, karena jumlah kita tak seberapa dibanding jumlah mereka, persenjataan kita pun tak ada apa-apanya dibandingkan persenjataan musuh. Bila pasukan Islam dan pasukan musuh sama-sama dalam perbuatan maksiat, maka pasukan musuh akan menang karena mereka lebih kuat. Jika tidak sama, maka pasukan Islam akan menang, karena keutamaan mereka, bukan karena kekuatan mereka.”
Di akhir tulisannya, Abu Ubaid Al-Qurasyi menjelaskan bahwa salah satu elemen utama dalam perang generasi keempat adalah media. Sekarang ini, media adalah front terbuka yang Amerika dan antek-anteknya mendapatkan keuntungan besar darinya. Amerika ingin menghancurkan besarnya dukungan psikologis, yang dicapai oleh mujahidin dengan aksi-aksi militer mereka dan juga simpati dan dukungan di dunia Islam karena menyaksikan aksi-aksi kepahlawanan mereka.
Menurut Abu Ubaidah, telah tiba waktunya bagi seluruh gerakan Islam untuk menghadapi serangan umum pasukan salib dengan mengadopsi poin-poin penting dalam perang generasi keempat ini. Di antara langkah konkretnya adalah:
- Menyiapkan pemikiran strategis yang tepat.
- Persiapan militer yang sesuai.
- Meningkatkan perhatian dakwah untuk memenangkan dukungan publik.
- Memberikan lebih banyak ruang untuk pekerjaan media dalam bentuk propaganda yang kuat dan mengarah kepada tujuan.
4GW lahir dari kebutuhan laten untuk mengalahkan lawan dengan memenangkan pertempuran pikiran. Hal ini dilakukan karena kesulitan yang dihadapi pihak yang kualitas senjata dan kuantitas personelnya lemah untuk mengalahkan lawan yang lebih kuat terutama sebuah negara.
Tiga generasi perang sebelumnya ditujukan untuk mengalahkan musuh dengan melakukan atrisi dan kemudian, melakukan manuver. Dalam 4GW mungkin terlihat mirip dengan pemberontakan terorisme dan perang asimetris, namun satu hal kunci yang paling mendefinisikan 4GW adalah hilangnya monopoli atas perang oleh negara dengan munculnya aktor nonnegara dan terjadinya pertempuran untuk ruang pikiran dibanding ruang fisik.[Selesai]
Penulis: Agus Abdullah (Diadopsi dari laporan khusus Syamina Edisi XV/Oktober 2014/K. Mustarom)
Mejar Zaidi - Allah
membalasnya dengan sekelip mata
Orang yang pernah menebar kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya, akan
mendapat balasan yang baik juga.
Bukankah kita semua rakyat Malaysia sebagai pengundi sewaktu PRU-13 lalu
telah dibohongi oleh SPR dengan skendal dakwat kekalnya; ya atau tidak?
Bukankah Mejar Zaidi Ahmad yang antara terawal tampil kemuka membuat
aduan polis mengenai pembohongan itu? Ya atau tidak?
Beliau telah melakukan tindakan itu demi kita semua. Dia berkorban untuk
keadilan rakyat Malaysia. Kita berhutang budi yang tidak terkira
kepadanya.
Marilah kita sama-sama mengutuk kekejaman TUDM yang telah menghukumnya
tanpa ada sifat keimanan terhadap Islam agama yang menuntut keadilan
sejagat.
"Hal jaza-ul ihsan illal ihsan” ( Al-Rahman : 60) ~ Apalagi balasan
perbuatan baik selain perbuatan baik ...
“Sesungguhnya, Allah selalu menolong hambanya yang selalu menolong orang
lain,” sabda Rasulullah Saw pula.
Allah membalasnya dengan sekelip mata, Masya'Allah, ternyata, Maha Suci
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani hamba-hambanya ....
Pulau Pinang tawar kerja untuk Mejar Zaidi
KUALA LUMPUR: Pegawai Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM), Mejar Zaidi
Ahmad yang baru dipecat daripada berkhidmat dengan Yang di-Pertuan
Agong, ditawarkan kerja oleh Timbalan Ketua Menteri 1 Pulau Pinang, Mohd
Rashid Hasnon.
Mohd Rashid berkata, beliau sedang mencari pekerjaan untuk Zaidi,
selepas mahkamah tentera mendapati bekas pegawai tentera itu bersalah,
kerana melanggar protokol mengenai isu dakwat kekal pada Pilihan Raya
Umum ke-13 (PRU13) lalu.
Katanya, buat masa ini beliau memberi tumpuan mencari kerja yang sesuai
sama ada di Tikam Batu di Kedah atau Bertam.
“Saya perlu memberi sokongan moral kepada Zaidi dan keluarganya, kerana
dia merupakan sahabat baik saya.
“Dia adalah kawan rapat saya dan kini adalah masa bagi saya untuk
membantu rakan yang memerlukan. Kami sedang mempertimbangkan untuk
menawarkan Zaini bekerja dalam organisasi bukan kerajaan (NGO),” jelas
Mohd Rashid, lapor The Rakyat Post.
Katanya, kerajaan negeri pimpinan Pakatan Rakyat Pulau Pinang, Kelantan
dan Selangor perlu campur tangan untuk memberi peluang pekerjaan kepada
Mejar Zaidi yang kini menganggur.
“Zaidi berpeluang menyumbang secara aktif kepada masyarakat,” katanya
sambil menambah, buat masa ini, tiada kekosongan jawatan di pejabatnya.
Mahkamah memecat Zaidi selepas didapati bersalah atas dua pertuduhan
membabitkan isu dakwat kekal pada PRU13 dan menyiarkan maklumat surat
pertukaran kerjanya, dua tahun lalu.
Keputusan sebulat suara itu dibuat lima panel hakim yang diketuai Yang
Dipertua, Kolonel Saadoon Hassan, selepas mendengar keterangan kedua-dua
pihak dan membuat penilaian maksimum terhadap pertuduhan dihadapinya.
Korum itu turut dianggotai Leftenan Kolonel Zainurin Mohd Dom, Mejar
Khuzairi Mohd Arshad, Mejar Khairul Nizam Taib dan Mejar S. Nadzeer
Salehuddin.
Ketika membuat keputusan itu, Saadoon berkata, tindakan Zaidi mendiamkan
diri, ketika dipanggil membela diri, sudah cukup untuk menyabitkannya
bersalah.
Pada 27 Oktober lalu, Mejar Zaidi, 48, diarah membela diri untuk dua
pertuduhan itu, selepas mahkamah mendapati, pihak pendakwaan berjaya
membuktikan kes prima facie terhadap dua pertuduhan itu.SUMBER
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
No comments:
Post a Comment