KIBLAT.NET, Washington – Para pejabat AS sedang
mengadakan diskusi dengan perwakilan dari milisi Syiah di Yaman yang
telah melakukan kudeta menurunkan presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi, ujar
seorang juru bicara Pentagon pada Selasa, (27/01).
Namun, menurut laporan Al-Arabiya, diskusi dengan milisi pemberontak Syiah Houtsi tidak mencakup kesepakatan untuk berbagi informasi maupun kerjasama intelijen terkait dengan Al-Qaidah di Yaman, kata Laksamana John Kirby kepada wartawan.
“Mengingat ketidakpastian politik, cukup adil untuk mengatakan bahwa para pejabat pemerintah AS berada dalam komunikasi dengan berbagai pihak di Yaman tentang situasi politik yang sangat cair dan kompleks,” kata Kirby.
“Hal ini juga akurat untuk mengatakan bahwa Syiah Houtsi, sebagai pelaku kudeta dalam peristiwa ini, tentu akan memiliki alasan untuk ingin berbicara dengan mitra internasional dan masyarakat internasional tentang tujuan mereka ke depan dan bagaimana proses ini akan berjalan,” katanya.
“Pemerintah AS turut berpartisipasi dalam diskusi tersebut,” tambahnya,
Saat ditanya apakah Amerika dan kelompok pemberontak Syiah Houthi akan berbagi informasi intelijen atas pergerakan Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), Kirby mengatakan: “Tidak ada kesepakatan dan perjanjian resmi terkait aktivitas dinas intelijen dengan Syiah Houtsi untuk melakukan itu, dan Anda membutuhkan jenis perjanjian formal agar dapat melakukan itu.”
Washington telah berjanji untuk tetap memerangi AQAP meskipun Yaman tengah dicengkeram pemberontakan kaum Syiah yang didukung Barat. Presiden Abdrabuh Mansur Hadi telah mengundurkan diri setelah milisi Syiah Houthi merebut istana presiden.
Amerika Serikat melakukan serangan pesawat tak berawak pada hari Senin, menewaskan tiga tersangka militan Al-Qaidah, ujar sumber-sumber suku kepada AFP.
Washington telah lama mengandalkan pemerintah Yaman untuk membantu menargetkan Al-Qaidah dan kontingen kecil pasukan khusus AS dikerahkan ke negara itu untuk membantu pertempuran militer melawan AQAP.
Namun, para pejabat AS khawatir bahwa operasi kontra-terorisme dan operasi intelijen di Yaman akan terancam oleh pergolakan berlangsung di Sanaa.
Sumber: Al-Arabiya
Penulis: Fajar Shadiq
Namun, menurut laporan Al-Arabiya, diskusi dengan milisi pemberontak Syiah Houtsi tidak mencakup kesepakatan untuk berbagi informasi maupun kerjasama intelijen terkait dengan Al-Qaidah di Yaman, kata Laksamana John Kirby kepada wartawan.
“Mengingat ketidakpastian politik, cukup adil untuk mengatakan bahwa para pejabat pemerintah AS berada dalam komunikasi dengan berbagai pihak di Yaman tentang situasi politik yang sangat cair dan kompleks,” kata Kirby.
“Hal ini juga akurat untuk mengatakan bahwa Syiah Houtsi, sebagai pelaku kudeta dalam peristiwa ini, tentu akan memiliki alasan untuk ingin berbicara dengan mitra internasional dan masyarakat internasional tentang tujuan mereka ke depan dan bagaimana proses ini akan berjalan,” katanya.
“Pemerintah AS turut berpartisipasi dalam diskusi tersebut,” tambahnya,
Saat ditanya apakah Amerika dan kelompok pemberontak Syiah Houthi akan berbagi informasi intelijen atas pergerakan Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), Kirby mengatakan: “Tidak ada kesepakatan dan perjanjian resmi terkait aktivitas dinas intelijen dengan Syiah Houtsi untuk melakukan itu, dan Anda membutuhkan jenis perjanjian formal agar dapat melakukan itu.”
Washington telah berjanji untuk tetap memerangi AQAP meskipun Yaman tengah dicengkeram pemberontakan kaum Syiah yang didukung Barat. Presiden Abdrabuh Mansur Hadi telah mengundurkan diri setelah milisi Syiah Houthi merebut istana presiden.
Amerika Serikat melakukan serangan pesawat tak berawak pada hari Senin, menewaskan tiga tersangka militan Al-Qaidah, ujar sumber-sumber suku kepada AFP.
Washington telah lama mengandalkan pemerintah Yaman untuk membantu menargetkan Al-Qaidah dan kontingen kecil pasukan khusus AS dikerahkan ke negara itu untuk membantu pertempuran militer melawan AQAP.
Namun, para pejabat AS khawatir bahwa operasi kontra-terorisme dan operasi intelijen di Yaman akan terancam oleh pergolakan berlangsung di Sanaa.
Sumber: Al-Arabiya
Penulis: Fajar Shadiq
No comments:
Post a Comment