اللهم اجعل في قلبي نورا ، وفي سمعي نورا ، وفي بصري نورا ، وعن يميني نورا ، وعن شمالي نورا ، ومن بين يدي نورا ، ومن خلفي نورا ، ومن فوقي نورا ، ومن تحتي نورا ، واجعل لي نورا ، وأعظم لي نوراSelamat Datang Ke Suara Rakyat FM بِسْمِ اللَّهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ أَصْـبَحْنا وَأَصْـبَحَ المُـلْكُ لله وَالحَمدُ لله ، لا إلهَ إلاّ اللّهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لهُ، لهُ المُـلكُ ولهُ الحَمْـد، وهُوَ على كلّ شَيءٍ قدير ، رَبِّ أسْـأَلُـكَ خَـيرَ ما في هـذا اليوم وَخَـيرَ ما بَعْـدَه ، وَأَعـوذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ هـذا اليوم وَشَرِّ ما بَعْـدَه، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنَ الْكَسَـلِ وَسـوءِ الْكِـبَر ، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنْ عَـذابٍ في النّـارِ وَعَـذابٍ في القَـبْر ...بِسْمِ اللَّهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Sunday, March 22, 2015

PEMIMPIN YANG MENIPU DAN BERBUAT CURANG TERHADAP RAKYATNYA

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ قَالَ مَعْقِلٌ إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ .
Telah menceritakan kepada kami Syaiban bin Farrukh telah menceritakan kepada kami Abu Al-Asyhab dari Al-Hasan dia berkata, "Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin Yasar Al-Muzani yang sedang sakit dan menyebabkan kematiannya. Ma'qil lalu berkata, 'Sungguh, aku ingin menceritakan kepadamu sebuah hadits yang aku pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sekiranya aku mengetahui bahwa aku (masih) memiliki kehidupan, niscaya aku tidak akan menceritakannya. Sesunguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Barangsiapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan Surga atasnya'."

عن الحسن قال : دخل عبيد الله بن زياد على معقل بن يسار وهو وجع. فسأله فقال : إنى محدثك حديثا لم اكن حدثتكه . إن رسول الله r
قال : لاَ يَسْتَرْعِي اللهُ عَبْدًا رَعِيَّةً يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهَا إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ"، قال : ألا حدثتني هذا قبل اليوم ؟ قال ما حدثتك.
Dari Hasan berkata,” "Ubaidillah bin Ziyad mengunjungi Ma'qil bin Yasar yang sedang sakit. Ma'qil lalu berkata, 'Sungguh, aku ingin menceritakan kepadamu sebuah hadits yang belum pernah aku ceritakan sebelumnya. Sesungguhnya Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda”  Tidaklah seseorang yang Allah kehendaki untuk mengurus dan memimpin rakyat mati, sementara dia menipu mereka, kecuali Allah akan mengharamkan baginya surga. Ubaidillah bin Ziyad berkata,”Bukankan engkau telah menceritakan hadits tersebut kepadaku sebelumnya?, Ma’qil bin Yasar menjawab,”Aku belum pernah menceritakannya kepadamu.
Makna secara global :
Ubaidillah bin Ziyad adalah gubernur di Bashrah dari dinasti Bani Mu’awiyah. Dia adalah seorang gubernur yang suka menumpahkan darah, tidak menjaga dan melindungi hak-hak manusia, tidak menegakkan dan menjalankan hukum-hukum Allah. Manusia pada zaman itu merasa takut dan khawatir atas kedzaliman dan kebengisannya, sehingga tidak ada seorangpun yang berani menegur dan menasehati gubernur tersebut. Karena tidak ada balasan yang akan ditimpakan oleh gubernur kepada orang yang berani mengkritik dan menegur kebijakannya kecuali kematian.
Diriwayatkan pada suatu hari Abdullah bin Ma’qil bin Muzny mendatangi Ubaidillah bin Ziyad seraya berkata,” lihatlah apa yang telah engkau lakukan selama ini!, kemudian Ubaidillah bin Ziyad menjawab, “ Memang apa urusanmu dengan semua itu?. Ketika beliau (Abdullah bin Ma’qil) pergi ke masjid berkatalah sahabat-sahabatnya,” kenapa kamu melakukan hal yang demikian?, dan untuk apa kamu mengatakan perkataan yang bodoh tersebut kepada pemimpin manusia(Ubaidillah bin Ziyad?.Maka beliau (Abdullah bin Ma’qil) menjawab,” Karena saya memiliki ilmu (hadits) tentang larangan pemimpin yang berbuat curang dan dzalim, sehingga saya suka jika meninggal dalam keadaan sudah menyampaikan hadits tersebut kepada pemimpin manusia. Ketika Abdullah bin Ma’qil tertimpa sakit yang menjemput ajalnya, datanglah Ubaidillah bin Ziyad kepada beliau, lalu beliau (Abdullah bin Ma’qil) menasehati Ubaidillah bin Ziyad dengan nasehat (hadits) yang di atas.
Pelajaran hadits :
Adapun sebab yang menjadikan Ma’qil bin Yasar tidak menceritakan hadits tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad kecuali ketika beliau sudah mendekati ajal disebabkan bebarapa hal yang mana para ulama’ berselisih pendapat dalam hal tersebut, diantaranya adalah :
§  Qadhi Iyadh rahimahumullah berkata,” Hanyasanya yang menyebabkan Ma’qil bin Yasar melakukan hal demikian adalah :
  • Dikarenakan beliau mengatahui bahwasanya beliau termasuk orang yang tidak akan didengar nasehatnya oleh Ubaidillah bin Ziyad sebagaimana orang-orang yang lainnya, kemudian beliau merasa khawatir dan takut terhadap ancaman bagi orang yang menyembunyikan  hadits, sehingga beliau menyampaikan hadits tersebut kepada Ubaidillah bin Ziyad.
  • Beliau melakukan hal yang demikian dikarenakan khawatir jika beliau menyebutkan hadits tersebut akan membangkitkan kemarahan manusia dikarenakan buruknya perangai Ubaidillah bin Ziyad yang berani melanggar larangan Rasulullah dalam hadits di atas berupa berbuat curang bagi seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

§  Imam An-Nawawi berkomentar tentang pendapat Qadhi Iyadh dengan perkataannya, “ Sebab yang kedua adalah yang benar sedangkan sebab yang pertama adalah lemah, karena perkara amar ma’ruf nahi munkar (memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) tidak gugur karena faktor diterima atau tidaknya amar ma’ruf nahi munkar tersebut.
§  Imam Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata,” Adapun yang menyebabkan Ma’qil bin Yasar melakukan hal tersebut di atas adalah sebagaimana yang telah Hasan Al-Bashri sebutkan bahwa Ubaidillah bin Ziyad adalah sesosok pemimpin yang suka menumpahkan darah tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i. Sehingga dari perkataan beliau (Ma’qil bin Yasar),” Sekiranya sebentar lagi aku tidak meninggal maka aku tidak akan menceritakan hadits ini kepadamu (Ubadilllah bin Ziyad). Menunjukkan bahwa beliau (Ma’qil bin Yasar) khawatir dan takut terhadap kebengisan dan kelaliman Ubaidillah bin  Ziyad, lalu ketika beliau tertimpa sakit yang menjemput ajalnya, beliau ingin membuka dan memberitahukan kedzaliman-kedzaliman yang telah ia (Ubaidillah bin Ziyad) lakukan kepada kaum muslimin.
Sebab yang paling benar dari sebab-sebab di atas adalah sebab yang terakhir yang disampaikan oleh Imam Ibnu hajar Al-Atsqalani.
Maksud dari keharaman surga bagi penguasa yang curang dalam hadits di atas adalah sebagai berikut :
1.      Penguasa yang curang sekali-kali tidak akan dapat masuk surga dan kekal didalamnya dikarenakan perbuatan tersebut termasuk dari dosa besar. Ini adalah pendapat khawarij yang mereka meyakini bahwa pelaku dosa-dosa besar kekal di nereka.
2.      Maksud keharaman di atas adalah larangan bagi penguasa yang curang untuk masuk surga bersama orang-orang yang terdahulu masuk surga, karena ia harus mempertanggung jawabkan kedzalimannya tersebut di hadapan Allah Ta’ala. Ini adalah pendapat dari Imam An-Nawawi rahimahumullah.
Pendapat ini adalah pendapat yang benar, dikuatkan dengan perkataan Ibnu Bathal,” Maksud hadits di atas adalah ancaman yang keras bagi pemimpin yang curang, yang menyia-nyiakan amanah yang telah Allah amanahkan kepada dirinya berupa kekuasaan[1].
Adapun bentuk dari kecurangan yang dilakukan pemimpin terhadap rakyatnya diantaranya adalah mengambil harta rakyat secara dzalim, menumpahkan darah rakyat tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’I, melecehkan kehormatan rakyat, menahan hak-hak yang seharusnya menjadi hak rakyat, tidak memperdulikan pengetahuan rakyat terhadap ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan agama maupun dunia, meremehkan penegakan hukum-hukum Allah dan memimpin tanpa dasar keadilan, serta masih banyak lagi contoh-contoh perbuatan curang yang dilakukan pemimpin kepada rakyatnya.
Referensi :
1.    Fathul Mun’im Syarh Shahih Muslim, karangan : Musa Sahin Latsin. Cet : Darrus Syuruq.
2.    Subulus Salam, Muhammad bin Isma’il Al-Amir Al-Kahlani Ash-Shan’ani. Maktabah Asy-syamilah.


[1] . Subulus Salam, Muhammad bin Isma’il Al-Amir Al-Kahlani Ash-Shan’ani.

No comments:

Post a Comment